IKNNews.co, Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah – Sebuah video yang memperlihatkan seorang bocah laki-laki menangis karena tidak bisa bersekolah mendadak viral dan menyita perhatian publik. Dalam video berdurasi 37 detik itu, sang anak menangis sambil duduk di samping ayahnya yang disebut-sebut lumpuh dan tidak mampu menyekolahkan anaknya.
Namun setelah ditelusuri, ternyata kisah dalam video tersebut tidak sesuai fakta. Dilansir dari detikSulsel, polisi menyatakan video itu merupakan hasil rekayasa yang dilakukan oleh sang ayah, Rikson Lawadang. Tujuannya tak lain untuk menarik simpati warganet.
Kapolsek Una-Una, AKP Mustarim Abbas mengungkapkan bahwa anak berinisial G (12) itu sebenarnya tidak mengalami kesulitan untuk bersekolah. Bahkan, menurutnya, anak tersebut disebut malas bersekolah dan seharusnya sudah duduk di bangku SMP.
“Itu sebenarnya semacam film yang disusun. Informasi dari tetangga menyebut semua itu diarahkan. Anaknya disuruh menangis agar tampak menyedihkan,” ujar Mustarim, dilansir dari detiksulsel.
Menurut keterangan pihak kepolisian, video serupa sebelumnya juga pernah dibuat menjelang Lebaran. Kala itu, Rikson meminta bantuan untuk membeli baju Lebaran dan berhasil mendapatkan donasi.
Namun yang mengejutkan, hasil bantuan yang diterima justru diduga digunakan untuk berjudi secara daring. Mustarim mengatakan pihaknya mengantongi bukti kuat adanya aktivitas deposit ke situs judi online yang mencapai nominal besar.
“Dia melakukan deposit sampai Rp10 juta, bahkan Rp5 juta berkali-kali. Banyak sekali,” bebernya.
Lebih lanjut, Mustarim menyampaikan bahwa pihak kepolisian kini tengah menyelidiki kemungkinan unsur penipuan dalam video tersebut. Bila terbukti menyebarkan konten menyesatkan yang merugikan pihak lain, maka Rikson dapat dijerat pasal hukum.
“Saya tidak langsung gegabah. Tapi kami sudah punya bukti terkait aktivitas judi online. Kalau konten-konten begini terus dilakukan dan memakan korban, itu bisa masuk penipuan,” katanya.
Sementara itu, nasib anak tersebut kini ditangani oleh anggota DPRD Tojo Una-una, Jafar M Amin. Ia mengaku telah mengambil alih pengasuhan anak itu agar tetap bisa melanjutkan pendidikan tanpa eksploitasi.
“Anaknya sekarang sudah saya bawa dan saya asuh. Saya hanya bisa tertawa melihat situasi seperti ini,” ungkap Jafar.
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi publik untuk tidak mudah tergerak oleh narasi viral di media sosial tanpa verifikasi. Aparat kepolisian pun mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam menyebarkan konten yang belum tentu sesuai kenyataan.
Redaksi
![]()










