Iknnews.co, Samarinda – Suasana duka masih menyelimuti kawasan Gang Keluarga, Jalan Gerilya, Samarinda, pasca peristiwa tanah longsor yang menewaskan satu orang dan merusak sejumlah rumah. Operasi pencarian dan pertolongan (SAR) yang dilakukan selama beberapa hari resmi ditutup pada Rabu, 28 Mei 2025, setelah seluruh korban ditemukan.
Korban terakhir yang ditemukan adalah Sutiah (40), yang tertimbun reruntuhan di kedalaman sekitar dua meter. Suaminya, Wagiman (56), masih syok dan berkaca-kaca saat menceritakan detik-detik peristiwa yang merenggut nyawa istrinya.
“Saya sempat berteriak menyuruh istri dan anak saya keluar. Tapi longsornya cepat sekali, seperti diseret tanah besar dari atas. Kami cuma punya beberapa detik,” ucap Wagiman dengan suara bergetar kepada media ini, Kamis (29/5/2025).
Ia mengatakan, selama ini sudah terbiasa membersihkan longsoran kecil sendiri. Tapi hari itu, suara gemuruh dari atas bukit disertai pohon-pohon roboh membuatnya sadar ini bukan kejadian biasa. Saat mencoba menyelamatkan kendaraan, ia terlambat menyelamatkan istrinya.
Kini, ia bersama anaknya terpaksa menumpang di rumah tetangga karena rumah mereka hancur dan tidak layak ditempati. Wagiman berharap pemerintah hadir memberi bantuan nyata tanpa membebani.
“Kami ikhlas kalau harus pindah, tapi tolong rumahnya jangan dibebankan dengan cicilan. Kalau bisa dibantu penuh, agar kami bisa mulai dari awal,” pintanya penuh harap.
Selain Wagiman, Nyami (50), warga lain yang terdampak longsor, juga menuturkan pengalaman serupa. Saat kejadian, ia sedang berada di dalam rumah bersama enam anggota keluarga lainnya. Meski semua selamat, rumah mereka kini terkepung longsoran setinggi atap.
“Kalau hujan lagi dan tanah ini nggak dibersihkan, bisa lebih parah. Rumah sudah nggak bisa ditinggali. Kami tinggal menumpang sekarang,” ungkapnya.
Ia berharap pemerintah tak hanya memperhatikan pembangunan ulang, tapi juga memastikan tanah warga tetap bisa dimanfaatkan.
“Kalau pun rumah nggak bisa dibangun lagi di sini, setidaknya tanah ini jangan diambil. Masih bisa kami pakai untuk berkebun atau usaha kecil,” katanya.
Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, serta relawan telah bekerja maksimal selama operasi. Dengan berakhirnya misi pencarian, fokus kini beralih pada rehabilitasi dan penanganan pascabencana.
Warga terdampak kini menggantungkan harapan pada bantuan pemerintah. Bukan sekadar bantuan logistik, tapi jaminan untuk hidup layak dan aman ke depannya.
Penulis: Rara
Editor: Re
![]()










