IKNNews.co, Teluk Kuantan – Suara perlawanan terhadap korupsi dan kejahatan lingkungan menggema dari ruang Kejaksaan Negeri Teluk Kuantan, saat Forum Alumni BEM (FABEM) Riau dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Kuantan Singingi (Uniks) melakukan audiensi bersama pihak kejaksaan, Rabu pagi.
Kunjungan yang disambut langsung oleh Kasi Pidsus Resky Pradhana Romli dan Kasi Intelijen Soenardi itu menjadi ajang kritik dan harapan mahasiswa terhadap kondisi Kuansing yang dinilai tengah berada dalam situasi darurat tata kelola.
Ketua FABEM Riau, Heri Guspendri, secara tegas menyebut bahwa Kuansing sedang tidak baik-baik saja, baik dari segi pemerintahan maupun kerusakan lingkungan akibat praktik tambang ilegal (PETI) dan korporasi perusak hutan.
“Penambangan emas tanpa izin (PETI) masih marak, hutan dirampas untuk kebun sawit oleh korporasi. Ini kehancuran yang dibiarkan. Kami datang bukan sekadar silaturahmi, tapi membawa keresahan masyarakat,” ujar Heri, Rabu (23/7/2025).
Nada yang sama dilontarkan Agustin Sudirman, mantan Presiden Mahasiswa Uniks ke-3. Ia menekankan perlunya solusi konkret dari pemerintah terkait PETI. “Kalau tidak bisa dibasmi, carikan regulasi atau pendekatan yang manusiawi dan legal. Jangan didiamkan terus.”
Tak hanya menyoal lingkungan, Presiden Mahasiswa Uniks terpilih, Adnos, menyoroti rencana kebijakan baru dalam pelaksanaan festival Pacu Jalur yang akan memungut biaya masuk bagi penonton.
“Ini pesta rakyat, bukan konser berbayar. Mengomersialkan budaya yang menjadi identitas masyarakat jelas keliru,” tegasnya.
Pihak Kejari Kuansing menyambut positif kunjungan tersebut. Kasi Pidsus Resky Pradhana Romli berterima kasih atas kepedulian mahasiswa dan berharap kolaborasi terus terjalin demi kebaikan daerah.
Sementara itu, Kasi Intel Soenardi turut menyampaikan apresiasinya dan membuka ruang dialog. “Kami siap dikritik kalau memang ada kekeliruan. Adik-adik mahasiswa jangan ragu menyuarakan aspirasi,” ucapnya.
Pertemuan tersebut menandai semangat sinergi antara penegak hukum dan mahasiswa, serta menunjukkan bahwa ruang kritik dan kontrol masih terbuka lebar di tengah tantangan besar yang dihadapi Kuansing.
Redaksi
![]()










