Iknnews.co, Samarinda – Bencana longsor hebat melanda kawasan Jalan Gerilya, Gang Keluarga, RT 102, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kecamatan Sungai Pinang, Samarinda, Selasa siang (27/5). Enam warga dilaporkan menjadi korban setelah tiga rumah dan satu bangsalan ambruk tertimbun tanah.
Peristiwa memilukan itu terjadi sekitar pukul 12.10 WITA, dipicu hujan deras yang mengguyur sejak dini hari. Selain longsor, cuaca ekstrem juga memicu banjir di berbagai wilayah Kota Samarinda.

Suasana haru dan panik menyelimuti lokasi kejadian. Tangis keluarga korban pecah saat satu per satu warga dievakuasi dari reruntuhan. Empat korban berhasil dikeluarkan lebih dulu dalam kondisi luka-luka. Sementara itu, seorang perempuan bernama Ayu berhasil ditemukan dalam kondisi hidup setelah proses evakuasi dramatis oleh tim penyelamat.
“Kami menggunakan sistem shoring untuk menstabilkan puing-puing sebelum mengevakuasi korban. Tadi sempat ada empat kali pergeseran tanah, tapi alhamdulillah Ayu berhasil kami selamatkan,” jelas Komandan Tim Rescue Pos SAR Samarinda, Iwan Setiawan Abbas.
Hingga Selasa sore, total lima korban telah berhasil diselamatkan. Namun, satu korban lainnya masih dalam pencarian. Tim gabungan dari Basarnas, BPBD, relawan, dan warga terus berjibaku di bawah guyuran hujan dan ancaman pergerakan tanah susulan.
Wakil Wali Kota Samarinda, Saefuddin Zuhri, yang turun langsung ke lokasi bencana, menyampaikan rasa prihatin mendalam. Ia mengimbau agar proses evakuasi dilakukan secara manual demi keselamatan petugas dan menghindari longsor susulan.
“Kondisi tanah sangat labil. Kami harus ekstra hati-hati agar tidak menimbulkan korban tambahan. Kita semua berharap korban terakhir segera ditemukan dalam keadaan selamat,” ujarnya di lokasi kejadian.
Saefuddin juga menegaskan pentingnya penanganan cepat dan terpadu, mengingat kondisi cuaca belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Ia meminta warga di kawasan rawan longsor dan banjir untuk tetap waspada dan segera melapor jika terjadi tanda-tanda pergerakan tanah.
Evakuasi diperkirakan masih akan berlangsung hingga malam hari, dengan harapan seluruh korban bisa tertangani. Tragedi ini menjadi pengingat bahwa mitigasi bencana harus terus diperkuat, terutama di wilayah dengan kontur tanah rawan dan kepadatan permukiman tinggi.
Penulis: Rara
Editor: Re
![]()










