Iknnews.com, Bontang – Banjir kembali menggenangi kawasan Jenderal Ahmad Yani, Kelurahan Api-Api Kecamatan Bontang Utara. Peristiwa yang terjadi pada Senin (12/5/2025) kemarin menjadi bukti bahwa persoalan banjir di wilayah tersebut belum juga tuntas.
Ketua RT 22, Didik Pranoto, mengungkapkan, air mulai naik sekitar pukul 11.00 WITA. Ketinggian banjir terus bertambah hingga dini, tepatnya pukul 01.00 WITA, dan merendam sedikitnya 38 rumah warga.
“Semakin malam air semakin tinggi. Rumah-rumah yang biasanya aman dari banjir, kali ini ikut terendam,” tuturnya saat ditemui di rumahnya, Selasa (13/5/2025) pagi.
Menariknya, hujan lokal bukan menjadi penyebab utama. Menurut Didik, banjir ini berasal dari luapan sungai yang mengalir dari wilayah Kutai Timur (Kutim). Ia menyebutkan, aliran sungai di belakang toko X-Toy’s terhubung langsung dengan aliran besar dari daerah tersebut.
“Kadang di sini tidak hujan, tapi karena di hulu sana hujan deras, air kiriman tetap meluap ke sini,” jelasnya.
Meskipun berbagai upaya sudah dilakukan, seperti pengerukan sungai, pembangunan turap, hingga perbaikan drainase, namun menurut Didik, hasilnya belum maksimal. Debit air yang datang saat banjir justru semakin tinggi dari sebelumnya.
Sebagai bentuk kepedulian, bantuan konsumsi datang dari berbagai pihak. PT Badak NGL memberikan makanan pada malam hari, sedangkan pihak Kelurahan Api-Api membantu pada keesokan paginya. Namun, bantuan masih terbatas dan difokuskan pada warga yang rumahnya terendam cukup parah.
“Kami prioritaskan untuk yang dapurnya sudah tak bisa digunakan lagi. Tidak mungkin mereka bisa masak dalam kondisi seperti itu,” ujarnya. 
Air mulai surut sekitar pukul 09.46 WITA pada Selasa pagi. Warga pun tampak mulai membersihkan rumah masing-masing. Beruntung, sebagian besar perabotan rumah tangga warga dilaporkan masih dalam kondisi baik.
Mewakili warganya, Didik menyampaikan harapan agar Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang tidak hanya terpaku pada penanganan fisik seperti pengerukan sungai, namun juga memikirkan solusi jangka panjang, termasuk pembangunan polder dan penyediaan dapur umum saat darurat.
“Masalah banjir ini sudah bertahun-tahun. Pemimpin silih berganti tapi belum ada solusi permanen. Mungkin sudah saatnya dibangun polder untuk mengendalikan air secara menyeluruh,” pungkasnya.
Penulis : Manda Wulandari
Editor : Re
![]()










